Pengertian Theology

Untuk mengetahui pengertian dan lapangan theology islam,terlebih dahulu kita harus meninjau arti perkataan”theology dari segi etymologi (bahasa maupun terminology (istilah).”theology terdiri dari perkataan “Theos” , artinya “Tuhan” dan “Logos” yang berarti “ilmu” (science, study, discourse). Jadi “Theology” berarti “ Ilmu tentang Tuhan” atau “Ilmu Ketuhanan”

Difinisi “Theology” yang diberikan oleh ahli-ahli ilmu Agama antara lain dari Fergilius Ferm, yaitu: “The discipline which concerns God (or the Divine Reality) and God’s relation to the World” (Theology ialah pemikiran sistimatis yang berhubungan dengan alam semesta).

Dalam encyclopedia Everyman’s, disebutkan tentang Theology sebagai berikut: “Science of religion, dealing therefor with God, and man in his relation to God.”( pengetahuan tentang agama, yang karenanya membicarakan tentang Tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan Tuhan)

Dalam kamus “New English Dictionary”, susunan Collins, disebutkan tentang Theology sebagai berikut: (Ilmu yang membahas fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan hubungan–hubungan antara Tuhan dan manusia).

Banyak penulis yang memandang bahwa Theology bertalian erat dengan agama dan mendefinisikannya sebagai “uraian yang bersifat fikiran tentang agama”. Akan tetapi pendapat ini kurang tepat karena seseorang ahli theology dapat menjalankan penyelidikannya berdasarkan semangat penyelidikan bebas tanpa menjadi seorang beragama atau mempunyai pertalian tertentu dengan sesuatu agama. Karena itu lebih tepat kalau dikatakan bahwa Theology dapat bercorak agama dan dapat juga tidak bercorak agama.(2:11)

Theology Islam dan Ilmu kalam terdapat kesamaan, sehingga apabila dikatakan “Theology Islam” maka pengertian nya tidak lain dari pada “Ilmu Kalam”.

Menurut syekh M. Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada nya (wajib), sifat yang boleh ada pada nya (jaiz) dan sifat yang tidak mungkin ada pada nya (mustahil) dan ilmu yang membicarakan tentang Rasul-rasul tuhan (Allah) yang telah ditetapkan nya dan mengetahui sifat yang mesti ada padanya dan sifat yang tidak mungkin ada pada nya.

Rasyid rdha juga mengemukakan definisi Ilmu Kalam yang sifatnya lebih umum. Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaankepercayaan keagamaan (agama Islam) dengan bukti yang yakin. Sedangkan Ibnu Khaldun lebih menekankan kepada kegunaannya di dalam mempertahankan kemurnian keyakinan agama. (3:3)

Dengan mengemukakan pengertian Theology dan Ilmu Kalam, seperti yang dijelaskan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian kedua tersebut sama, yaitu sekitar :

1. Kepercayaan tentang Tuhan dengan segala segi-seginya, yang berarti termasuk di dalamnya soal-soal wujudnya, keesaanynya, dan sifat-sifatnya.

2. Pertaliaannya dengan alam semesta, yang berarti termasuk persoalan terjadinya alam, keadilan dan kebijaaksanaan Tuhan qadha dan qadar. Pengutusan Rasul-rasul juga termasuk di dalam persoalan pertalian Tuhan dengan manusia, yang meliputi soal penerimaan wahyu dan berita-berita alam gaib yang dibawanya yang terbesar diantaranya ialah soal keakhiratan.

Sudah barang tentu Ilmu yang membicarakan persoalan tersebut itu semua disebut Theology. Hanya saja karena pembicaraan tersebut didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran islam, maka ilmu tersebut dinamakan “Theology Islam”.

Adapun sumber utama Theology Islam ialah Quran dan hadis-hadis sendiri yang banyak berisi penjelasan-penjelasan tentang wujud Tuhan, keesaanNya, sifat-sifatNya dan persoalan-persoalan Theology Islam lainnya. Kaum muslimin dengan segala ketekunan memahami Al-Quran dan hadis-hadis yang Rasul yang bertalian dengan soal-soal tersebut, menguraikan dan menganalisanya, dan masing-masing golongan Theology Islam berusaha memperkuat pendapat-pendapatnya dengan ayat-ayat Quran dan hjadis-hadis tersebut.

Dalil-dalil akal pikiran yang telah dipersubur dengan filsafat Yunani dan peradaban-peradaban lian, juga menjadi sumber yang tidak kurang pentingnya dalam memperkembang Theology Islam. Bahasa Arab, sebagai alat memahami Quran dan Hadis (kedua-duanya sumber Theology Islam), juga sangat penting. Karena itu pembicaraan-pembicaraan Theology Islam, selalu berdasarkan kepada dua hal, yaitu dalil naqli (Quran dan Hadis) dan dalil ‘aqli (pikiran-pikiran murni).

Tidak benar kiranya kalau dikatakan bahwa Theology Islam itu merupakan ilmu keislaman yang murni, seperti ilmu Tafsir dan ilmu Hadist, karena diantara pembahasan-pembahasannya banyak yang berasal dari luar islam sekurang-kurangnya dalam metode. Tetapi tidak benar kalau dikatakan bahwa Theology islam itu timbul dari filsafat yunani semata-mata, karena banyak ayat-ayat qur’an dan hadist-hadist nabi yang dijadikan dalil dismping pikiran-pikiran yunani. Yang tepat ialah kalau diktakan bahwa Theology Islam itu merupakan campuran dari ilmu ke islaman dan filsafat yunani, tetapi kepribadian islam lebih jelas dan lebih kuat.

Adapun tujuan Theology Islam ialah memantapkan kepercayaan-kepercayaan agama dengan jalan akal pikiran disamping kemantapan hati orang-orang yang percaya kepadanya, dan membela kepercayaan-kepercayaan tersebut dengan menghilangkan bermacam-macam keraguanyang boleh jadi masih kelihatan melekat atau sengaja dilekatkan oleh lawan-lawan kepercayaan-kepercayaan itu.

Mengingant tujuan ini maka Theology Islam bisa disebut “induk ilmu-ilmu agama” dengan perkataan lain, tuijuan Theology Islam adalah mengangkat kepercayaan seseorang dari lembah taqlid kepada puncak keyakinan.(2:12-16)

Theology Islam dan Filsafat adalah Suatu hal yang dimaklumi, bahwa peradaban Yunani pada umumnya sangat menarik perhatian kaum muslimin, terutama sesudah ada penerjemahan buku-buku yunani kedalam bahasa Arab sejak jaman Al-Mansyur (kurang lebih pertengahan abad kedua hijriah) sampai mencapai puncaknya pada masa Al-Ma’mun (wafat 218 hijriah).

Apakah filsafat itu? Berangkat dari pertanyaan pertama itulah kita akan membahas arti kata dari filsfat. Filsafat dijabarkan dari perkataan “philosophia”. Pekataan ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti : “cinta akan kebijaksanaan” (love of wisdom).

Menurut tradisi, Pythagoras Scoart lah yang pertama-tama menyebut diri “philosophus”, yaitu sebagai protes terhadap kaum “shopsist”, kaum terpelajar yang waktu itu menamakan dirinya “bijaksana”, padahal kebijaksanaan mereka itu hanya semu bijaksana saja. Maka dari itu sebagai protes terhadap kesombongan mereka maka Socrates lebih suka menyebut dirinya “pencinta kebijaksanaan”, artinya orang yang ingin mempunyai pengetahuaan yang luhur (shopia) itu.

Kesatuan para filsuf memahami bahwa kebijaksanaan itu ada sangkut pautnya dengan mengerti (know),dan dengan pengetahuan (knowlodge). Akan tetapi tidak setiap “mengerti” itu adalah kebijaksanaan, atau adalah filsafat. Hanya yang pasti ialah bahwa kebijaksanaan dan filsafat itu suatu bentuk pengetahuan tertentu, yang boleh dikatakan merupakan pengetahuan dalam bentuknya yang tertinggi. (1:46-49)

Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar atau tidak disadari. Dalam penggunaan yang populer, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu), dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat). Secara populer misalnya kita sering berkata “saya tidak suka terhadap filsafat anda tentang bisnis”, ”Pancasila adalah merupakan satu-satunya falsafah hidup bangsa Indonesia”.

Dalam pengertian lain filsafat diartikan sebagai interpretasi atau evaluasi terhadap apa yang penting atau yang berarti bagi hidup. Di pihak lain ada yang beranggapan bahwa filsafat dianggap sebagai cara berfikir yang kompleks suatu pandangan atau suatu teori.

Filsafat juga dapat dipelajari secara akademik, diartikan sebagai suatu pandangan yang kritis yang sedalam-dalamnya sampai ke akar-akarnya (radikal) mengenai segala sesuatu yang ada. Menurut Henderson filsafat diartikan sebagai suatu pandangan yang sistematik dan inklusif tentang alam semesta dimna manusia ada didalamnya.

Harold H. Titus mengemukakan pengertian filsafat dalam arti sempit dan arti yang luas. Dalam arti yang sempit, filsafat diartikan suatu ilmu gyang berhubungan dengan metode logis atau analisis logika baghasa dan makna-makna, filsafat diartikan sebagai “Sciance of science”, dimana tugas utamanya adalah memberikan analisis kritis terhadap asumsi-asumsi dan konsep-konsep ilmu, dan mengadakan sistematisasi atau pengorganisasian pengetahuan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia dari berbagai lapangan pengalaman manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup dan makna hidup.

Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir dikatakan berfilsafat, apabila berfikir tersebut memiliki tiga cirri utama, yaitu: radikal, sistematis, dan universal.(1:58-60)

CARA-CARA MENTAUHIDKAN ALLAH

Mentauhidkan Allah berdasarkan pengetahuan dan ketetapan. Hal ini mencakup tauhid rububiyah nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT. Mentauhidkan Allah dalam tuntutan dan tujuan. Hal ini mencakup keharusan mentauhidkan Allah dalam segala ibadah seperti mentauhidkan Allah dalam doa khauf raja’ tawakkal kecintaan ketakutan kekhusyuan kekhawatiran penyerahan diri memohon pertolongan memohon perlindungan memohon petunjuk menyembelih binatang dan nadzar. Allah SWT berfirman yg artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali utk menyembah kepada-Ku.” . “Hai manusia sembahlah Tuhanmu yg telah menciptakanmu dan orang-orang yg sebelummu agar kamu bertakwa.” . “Dan Tuhanmu berfirman ‘Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku akan perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yg menyombongkan diri dari menyembah Aku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dan dihinakan’.” . “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benar-benar orang yg beriman.” . “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya.” . “Katakanlah ‘Sesungguhnya salatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah utk Allah Tuhan semesta Alam.” . Selain mencakup hal-hal tersebut di atas tauhid jenis ini mencakup pula kewajiban utk mengikuti sesuatu yg telah disyariatkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya berupa hukum halal dan haram dan mengingkari syariat-syariat lainnya yg dikategorikan syariat jahiliyah. Karena mengikuti atau tunduk kepada makhluk dalam masalah hukum halal dan haram yg tidak didasarkan kepada ketetapan Allah termasuk syirik besar yg menyebabkann pelakunya dianggap sebagai orang yg murtad . Hal ini sebagaimana disinyalir oleh Allah SWT dalam firman-Nya “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan al-Masih putera Maryam padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yg mereka persekutukan.” . Allah berfirman “Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yg mensyariatkan utk mereka agama yg tidak dizinkan Allah?” . Allah SWT berfirman “Apakah hukum jahiliyah yg mereka kehendaki dan siapakah yg lbh baik daripada Allah bagi orang-orang yg yakin?” .

22

Beriman kepada Rasulullah saw dan membenarkan berita yg dibawanya. Keimanan jenis ini mencakup beriman kepada para nabi para rasul kitab-kitab suci yg diturunkan para malaikat hari akhir takdir yg baik dan buruk. Demikian juga dalam ketaatan kepada Rasulullah saw mencakup ketaatan kepada perintah dan larangannya dan mengikuti syariat yg dibawanya.

Menolong orang beriman dan memusuhi orang-orang kafir dan membebaskan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yg melakukan kemusyrikan. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata “Orang yg menaati Rasulullah saw dan mentauhidkan Allah maka tidak diperbolehkan baginya utk menolong orang yg menentang Allah dan Rasul-Nya walaupun orang itu termasuk keluarganya yg paling dekat sekalipun. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya ‘Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yg beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dgn orang-orang yg menentang Allah dan rasul-Nya sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yg telah Allah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dgn pertolongan yg datang dari pada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam sorga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai mereka kekal di dalamnya Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah yg beruntung’.” .

Semua pokok-pokok keimanan tersebut di atas tercakup dalam jawaban Rasulullah saw ketika Jibril as bertanya kepadanya tentang masalah iman maka beliau menjawab “Engkau beriman kepada Allah malaikat-Nya kitab-kitab-Nya rasul-rasul-Nya hari akhir dan qadha yg baik maupun yg buruk.”

Sumber Al-Jahlu bi Masaailil I’tiqaad wa Hukmuhu Abdurrazzaq bin Thahir bin Ahmad Ma’asy Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia.